Sejarah Lontong Dekem Pemalang

0

Lontong dekem sebenarnya lebih tua dibanding grombyang. Dari penelusuran saksi mata, jurnalis, dan cerita mulut ke mulut kuliner malam hari ini sudah ada sejak tahun 60-an sedangkan grombang satu dekade kemudian.

Lontong dekem mirip soto tauco secara umum. Di dalamnya ada lontong, tulang ayam muda goring, mie, reruntuhan kerupuk, cabai atau sambal, dan kuah ayam. Makanan ini dihidangkan bersama sate ampela ati dan sate ayam. Satu mangkuk harganya Rp 8000.

Satu sumber sejarah otentik lontong dekem adalah Kasirin. Laki-laki ini mengaku sudah berjualan lontong dekem sejak tahun 1966. Pertama kali berjualan umurnya baru 11 tahun. Saat itu dia sudah duduk di kelas 5 SD.

Dia berjualan lontong dekem karena menjalankan wasiat sang ayah yang tiba-tiba meninggal dunia karena sakit. Jadi modalnya hanya nekat ingin berbakti kepada orangtua.

“Pertama kali jualan pegang centong saja masih belum bisa, masih ndledeg (gemetar),” ujar Kasirin, awal Maret lalu.

Dari informasi tersebut itu artinya Kasirin adalah generasi kedua penjual lontong dekem di Pemalang. Orang pertama yang jualan lontong dekem adalah ayah Kasirin.

Lapak lontong dekem sang ayah berada di bawah pohon beringin barat Alun-alun Pemalang. Sebagai ancer-ancer (gambaran) saat ini lokasinya berada di seberang depan Masjid Agung Pemalang. Lapak biasa buka pukul 16.00 (sore) hingga pukul 00.00 (dini hari).

Warung zaman dulu tidak pakai meja, kursi, apalagi spanduk bertuliskan lontong dekem. Sajian lontong dekem juga tidak menggunakan mangkuk. Waktu itu masih menggunakan takir (tradisi bungkus makanan jawa) yang terbuat dari daun pisang.

“Penjual dan pembeline nglemprak (duduk). Tidak pakai padung (kursi). Makan lontonge nglemprak (duduk) di rumput, petengan (gelap) atau gelap-gelapan, jadine diarani lontong dekem,” ujar Kasirin.

Saat ini Lontong Dekem Kasirin ada di Jalan RE Martadinata. Persisnya ada di depan RS baru di komplek Pasar Anyar utara Alun-alun Pemalang. Sore pukul 16.00 WIB tenda dagangan Kasirin sudah berdiri dan biasa tutup pukul 22.00-23.00 WIB.

Menurut Kasirin dulu jalan ini terkenal rawan. Bukan karena begal melainkan di jalan ini berkeliaran anjing-anjing galak yang siap menggigit pejalan kaki yang berani lewat.

Malam itu tidak hanya sejarah lontong dekem yang bisa saya dengarkan dari Kasirin. Warga Pekunden Pelutan ini juga cerita panjang lebar terkait grombyang, peristiwa kehadiran Bung Karno di Alun-alun Pemalang, Bus Moga zaman dulu, dan pemukiman warga Tionghoa (pecinan) di Pemalang yang lokasinya di kanan-kiri lapak kasirin sekarang.

Semua informasi dari Kasirin tersebut kelak akan saya jadikan rujukan penting bagi tulisan-tulisan sejarah Pemalang berikutnya. Selamat menunggu.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here