Inilah Para Pendobrak Jahiliyah Mekkah Sebelum Nabi

0

“Wahai Tuhan, seandainya aku tahu bagaimana Engkau ingin disembah, begitulah aku akan menyembah-Mu, tetapi aku benar-benar tidak tahu”.

Sebelum Islam datang, Mekkah bukanlah kota tanpa agama. Sudah ribuan tahun di atas kota itu berlangsung tradisi pemujaan berhala. Konon ada 360 berhala ditempatkan di dinding Kabah.

Berhala paling terkenal adalah Dewi Kecantikan bangsa Arab: al-Lata, al-Uzza, dan Manat. Ada juga Hubal si berhala paling besar. Kepada berhala-berhala itulah orang-orang Arab jahiliyah berdoa.

Awal abad ke-7 merupakan fase akhir zaman jahiliyah Mekkah. Fase ini ditandai munculnya empat orang progresif yang berani mendobrak absah tidaknya tradisi pemujaan berhala milik nenek moyang.

Pertama adalah Ubaidullah bin Jahsy yang notabene sepupu Nabi. Kedua adalah Waraqah bin Naufal yang merupakan sepupu Khadijah (kelak menjadi istri pertama Nabi). Ketiga adalah Zaid bin Amr.

Utsman bin al-Huwairits pendobrak keempat. Dia adalah pemuka masyarakat Mekkah ketika Nabi masih seorang anak muda 20 tahun. Di saat orang-orang Mekkah masih menyembah berhala dia berani mendeklarasikan diri sebagai pemeluk Kristen.

Di zaman Nabi Ubaidullah bin Jahsy sempat menjadi muslim tapi setelah pindah ke Ethiopia beralih ke Kristen. Sejarah mencatat Waraqah bin Naufal juga memeluk Kristen sampai akhir hayat. Meski begitu Waraqah ini merupakan orang yang meyakinkan serta mendukung Nabi saat pertama kali menerima wahyu.

Zaid bin Amr adalah tokoh paling legendaris dalam kisah heroik pra Islam ini. Dia orang paling keras penentang penyembahan berhala di sekitar Kabah. Bahkan karena sikap kerasnya itu membuat tokoh ini harus terusir seumur hidup dari Mekkah.

Setelah keluar dari Mekkah orang ini kemudian melakukan perjalanan spiritual mencari agama Ibrahim. Dia berkelana ke berbagai negara di Timur Tengah seperti Irak dan Suriah. Dia menemui banyak pendeta dan rahib (pemuka agama Kristen dan Yahudi) untuk bertanya sekaligus mencari agama Ibrahim.

Awalnya tak ada satu pun yang mampu memberi jawaban memuaskan. Hingga akhirnya, seorang pendeta memberikan keterangan bahwa akan ada seorang Nabi muncul di Mekkah. Nabi ini disebut-sebut akan meneggakkan agama tauhid seperti halnya agama Ibrahim (agama yang dicari Zaid bin Amr).

Mendengar keterangan tersebut Zaid bin Amr bergegas pulang menuju Mekkah. Namun dia dikabarkan terbunuh dalam perjalanan pulang dari pengembaraan spiritual itu.

Kematian itu membuat tokoh ini tak sempat berjumpa Nabi. Tapi kelak, sejarah menceritakan anak dari tokoh ini yang bernama Sa’id menjadi satu di antara pengikut Rasulullah paling utama. Sa’id adalah suami dari adik perempuan Umar bin Khatab.

Ada cerita yang membuat banyak orang meneteskan air mata saat Zaid bin Amr terusir meninggalkan Mekkah. Hari itu dia berdiri membelakangi Kabah dan berbicara dengan orang-orang Quraisy yang sedang memuja berhala sambil mengelilingi Kabah.

“Wahai Quraisy, Demi Dia Yang di Tangan-Nya-lah terletak jiwa Zaid, tak seorang pun dari kalian mengikuti agama Ibrahim, kecuali aku”.

Kemudian si pendobrak ini berseru kembali. Kalimat terakhir Zaid ini terdengar sangat puitis membuat jiwa para penyembah berhala itu bergetar.

“Wahai Tuhan, seandainya aku tahu bagaimana Engkau ingin disembah, begitulah aku akan menyembah-Mu, tetapi aku benar-benar tidak tahu”.

Sumber: Buku tulisan Karen Armstrong berjudul “Muhammad Sang Nabi, Sebuah Biografi Kritis”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here