Ngaji Pasaran, Tradisi Baca Kitab Kuning Kilat Selama Ramadan

0
Santri-santri cilik berfoto bersama sehabis ngaji kitab kuning. Dok Adi Farid

Ngaji pasaran merupakan kegiatan baca kitab kuning secara kilat. Tradisi ini hanya berlangsung di bulan Ramadan. Target ngaji pasaran adalah bisa mengkhatamkan (tuntas) kitab hanya dalam waktu kurang dari 30 hari. Kitab yang dipilih biasanya kitab-kitab salaf (kuno) mukhtasor atau ringkasan.

Tradisi ini sangat kental di kalangan warga Nahdlatul Ulama (NU). Tidak sedikit orang yang sudah keluar atau lulus dari pondok pesantren tetap melestarikan tradisi ini di kampung halaman atau mendatangi pondok pesantren terdekat.

Salah satunya di Pesantren Al Munawwar Desa Banyumudal Kecamatan Moga. Pondok pesantren yang diasuh Kiai Saeful Hadi ini setiap Ramadan menggelar ngaji pasaran. Pengajian ini berlangsung setelah salat Subuh, Pukul 9 pagi-Zuhur, dan sore sehabis salat Ashar.

Santri-santri kalong (santri dari luar lingkungan pesantren, biasanya warga setempat atau dulunya pernah nyantri) pun banyak yang mengikuti kegiatan ini. Kebanyakan dari desa-desa di Kecamatan Moga dan Kecamatan Pulosari.

Selama ngaji pasaran peserta mengkaji kitab kuning yang diartikan dalam arab pegon dengan metode utawi iki iku, kemudian ditambahkan terjemahan bahasa Indonesia. Tak lupa ditambahi sedikit guyon untuk menghangatkan suasana agar pengajian tidak berkesan spaneng (tegang).

Suasana jalan depan Pesantren Al Munawwar Desa Banyumudal Kecamatan Moga. Dok Adi Farid.

Tradisi mencari ilmu seperti ini tidak boleh luntur. Banyak nilai positif yang bisa kita dapatkan. Antara lain silaturahim yang baik antar santri dan guru serta menambah wawasan agama.

Di masa pandemi ini saya lihat beberapa pesantren juga menggelar ngaji pasaran via daring. Tema-tema kajian yang dipilih sangat kekinian dan disampaikan dalam bahasa-bahasa ringan mudah dicerna masyarakat umum yang bukan santri.

Menurut saya ini sangat tepat. Pada dasarnya mengkaji kitab kuning itu butuh waktu yang sangat lama, harus paham nahwu, shorof, dan ilmu alat lainnya. Jadi, agar isi kitab kuning itu bisa tersampaikan dan diterima di masyarakat, mesti menggunakan bahasa ringan dan disesuaikan dengan situasi zaman sekarang.

Selain ngaji pasaran kalangan santri juga mengenal ngaji bandongan. Ini juga ngaji kitab kuning secara kilat tapi tidak hanya berlangsung di bulan Ramadan. Kitab-kitab yang digunakan biasanya juga sangat khusus.

Penulis: Adi Farid (Santri Kalong)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here