Anak-anak desa tempo dulu mengenal banyak takjil legendaris. Sebagian masih bisa kita jumpai sepanjang Ramadan. Sebagian lain sudah punah. Apa saja takjil-takjil tersebut?
Pertama kolak pisang. Anak-anak desa biasa menyebut “kolek pisang”.
Bahan utama yang digunakan biasanya pisang gepeng atau pisang raja. Ibu-ibu zaman dulu mencampur kolak pisang bersama kolang-kaling. Bisa juga singkong atau ubi jalar.
Kolak pisang biasa disuguhkan dalam keadaan hangat. Baru setelah listrik dan kulkas masuk desa kebiasaan itu berubah.
Kedua kembang pacar merah. Dari segi warna takjil ini lebih menarik dibanding kolak pisang. Tapi biasanya ada anggota keluarga yang tidak terlalu doyan dengan takjil berbahan baku sagu serta santan ini.
Tidak seperti pisang, di desa bahan baku kembang pacar juga lebih susah didapatkan. Ibu-ibu harus beli ke warung atau bahkan pergi ke pasar lebih dulu. Biasanya kembang pacar hanya sesekali dibuat selama Ramadan.
Ketiga bubur kacang hijau (ijo). Takjil ini lumayan mewah bagi orang-orang desa. Karena harga bahan bakunya lebih mahal dibanding pisang atau kembang pacar membuat ibu-ibu juga jarang bikin takjil ini.
Zaman dulu bubur kacang ijo adalah sumber protein nabati paling top di desa. Sebagai bukti tiap ada kegiatan pemeriksaan kesehatan ibu dan balita di posyandu, ibu-ibu selalu pulang bawa bubur kacang ijo.
Keempat es gosrok. Ini mirip es buah atau sirup di era kekinian.
Di desa zaman dulu tiap sore selama Ramadan selalu muncul pedagang es gosrok. Pedagang ini berkeliling dari gang ke gang menjual es gosrok manis berwarna merah. Ini adalah takjil favorit anak-anak desa yang doyan es.
Saat beli, orang-orang desa biasanya tidak suka pakai plastik. Mereka sengaja bawa gelas sendiri dari rumah. Tujuannya makin besar gelas akan makin banyak isi es gosrok itu.
Si pembeli akan membawa gelas sesuai jumlah keluarga yang lagi puasa. Gelas-gelas berisi es gosrok itu kemudian diletakkan di atas meja sampai beduk Maghrib ditabuh.
Kelima air kelapa muda yang biasa dikenal sebagai dawegan atau degan. Meski tidak semua orang desa punya pohon kelapa tapi hampir semua warga pernah buka puasa dengan takjil ini. Apalagi setelah banyak penjual es kelapa muda di desa, kita bisa setiap saat buka puasa dengan dawegan.
Keenam adalah es teh. Minuman ini harus ada saat sebuah keluarga tidak bisa menyuguhkan kolek pisang, kembang pacar, bubur kacang ijo, es gosrok, maupun dawegan.
Cara membuat takjil ini sangatlah mudah. Bikin teh manis kemudian beli es batu di warung tetangga. Masukan es batu itu ke dalam gelas berisi es teh yang sudah kita buat dan langsung diminum saat terdengar beduk Maghrib.
Dulu, hampir semua ibu-ibu di desa bisa membuat takjil seperti kolak pisang, kembang pacar, dan bubur kacang ijo sendiri. Perlahan mulai ada orang berjualan takjil keliling dari rumah ke rumah tiap sore.
Kemasan takjil juga sudah banyak berubah. Dulu hanya plastik bening diikat tali karet seharga Rp 500-1000. Takjil-takjil kekinian sudah lebih praktis pakai gelas serta sendok plastik/cup. Harganya juga lebih mahal, Rp 2000-5000.