Kali ini saya akan cerita soal sate loso. Ini merupakan sate legendaris di Pemalang. Konon usia sate ini lebih tua dibanding nasi grombyang maupun lontong dekem.
Kemarin saya mengunjungi Sate Loso Pak No. Lokasi sate loso ini ada di Jalan Ahmad Yani Utara Pemalang tepatnya dekat Apotek Kimia Farma. Dengan jalan kaki, dari Alun-alun Pemalang, warung ini bisa dijangkau dalam waktu 5 menit.
Pak No mengaku diri sebagai generasi keempat pewaris sate loso. Loso adalah nama leluhurnya yang pertama kali berjualan sate tersebut. Menurutnya pada zaman dulu sate loso dijual keliling kampung menggunakan pikulan.
“Sudah lama, sepertinya sejak zaman Belanda sudah ada. Saya generasi keempat,” ujar Pak No, Senin 26 April 2021.
Pada hari-hari normal warung Sate Loso Pak No buka pukul 09.00 WIB dan tutup pukul 17.00 WIB. Tapi selama Ramadan, dengan semakin banyaknya pembeli, warung berukuran sekitar 3 x 4 meter itu bisa buka sampai Isya.
Tiap hari Pak No mampu menjual 1000 lebih tusuk sate loso. Harga satu tusuk sate loso adalah Rp 5.500-6000. Para pembeli bisa makan sate loso di warung bisa juga dibungkus untuk disantap bareng keluarga di rumah.
Para pembeli tidak hanya masyarakat lokal Pemalang. Kebanyakan justru dari luar kota seperti Semarang, Jakarta, maupun Surabaya bahkan luar Jawa. Mereka sengaja datang ke Pemalang untuk bisa menyantap sate khas Kota Ikhlas tersebut.
“Sejak ada jalan tol jumlah pembeli dari luar kota tambah banyak,” ujar Pak No.
Menurut Pak No pada zaman dulu bahan baku sate loso adalah daging kerbau. Tapi sekarang sate loso terbuat dari daging sapi. Untuk sambal sate pembeli bisa memilih: kacang atau kecap.
Sate loso bisa dinikmati bersama nasi atau tanpa nasi. Ini tergantung selera siapa saja yang doyan dengan daging sapi. Usahakan makan sate ini saat masih hangat sehingga rasa bumbunya masih teresap dengan baik.
Jadi, selamat buka puasa dengan kuliner legendaris dari Pemalang ini: sate loso.