Warga Pemalang menyebut soto ayam ini sebagai soto moro. Sebutan ini melekat otomatis karena lokasi warung soto ini ada di depan bekas bangunan Moro.
Moro pernah jadi pusat perbelanjaan besar di Pemalang yang entah karena alasan apa berhenti beroperasi. Dulu ketika Moro masih jaya di Kota Ikhlas jalan sekitar pusat perbelanjaan itu, yakni Jalan Ahmad Yani Utara Pemalang, sangat ramai seperti halnya Jalan Jenderal Soedirman Pemalang hari ini.
Kemarin saya coba mampir ke soto moro. Jelang buka puasa soto moro dibanjiri pembeli. Mereka antre duduk-duduk di kursi atau bisa juga lesehan sambil menunggu pesanan datang. Banyak juga yang sengaja membeli soto memakai plastik untuk dibawa ke rumah.
Miftah, pelaku usaha soto moro, mengatakan setiap jelang buka puasa pembeli soto selalu membludak. Untuk melayani pembeli Miftah dibantu tiga-empat asisten. Hingga malam warung sato ayam ini tetap ramai.
Tiap hari paling tidak 200 mangkuk soto ayam bisa ludes. Harga satu mangkuk soto moro adalah Rp 15.000. Di tempat ini ada juga sate daging ayam dengan harga Rp 6000 per tusuk dan segelas es teh Rp 3000.
Di tahun-tahun sebelum pandemi soto moro biasa buka pukul 15.30 WIB dan tutup pukul 21.00 WIB. Tapi setelah ada pandemi soto moro tutup lebih malam yakni pukul 22.30 WIB.
Menurut Miftah sebenarnya nama soto ayam ini adalah soto ayam “Selera”. Usaha ini dirintis pertama kali oleh ayahnya sendiri: Surip pada tahun 1999. Dulu lokasi warung ada di sisi selatan bekas bangunan Moro. Seingat Miftah pusat perbelanjaan Moro berhenti beroperasi tahun 2007.
Sebagai informasi di depan bekas bangunan Moro Pemalang ada dua pelaku usaha kuliner lain. Pertama Bu Bawon yang menjual nasi rames, megono, aneka lauk-pauk, dan pepes ikan laut. Kemarin ada juga gemblong dijual di tempat ini.
Kuliner kedua adalah seafood. Kuliner ini juga punya banyak pelanggan. Tempat ini biasa buka sampai dini hari.