Heri Nuryanto yang Saya Kenal

0
Rakhmat Hidayat (berkacamata) dan Heri Nuryanto (tengah) di rumah Ahmad Sabiq (kiri). Dok Sabiq.

Heri Nuryanto adalah Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Purwokerto Periode 2000-2001. Ia terpilih menjadi ketua umum melalui Konferensi Cabang (Konfercab) HMI Purwokerto di Cilacap. Heri adalah kader HMI Komisariat Agus Salim STAIN Purwokerto (sekarang UIN Saifuddin Zuhri).

Heri sebelumnya menjadi salah satu pengurus HMI Cabang Purwokerto periode Dede Nurdin (Fakultas Hukum Unsoed). Dede Nurdin adalah Ketua Umum HMI Cabang Purwokerto Periode 1999-2000. Seingat saya, Heri aktif di bidang perguruan tinggi dan kepemudaan (PTKP).

Selain Heri ada juga nama kader lain yang menonjol, yaitu Gugus (Komisariat Lafran Pane Unwiku). Gugus waktu itu mengikuti LK I bareng saya di Ketenger Barurraden pada bulan November 1998. Waktu itu Ketua Umum Cabang Purwokerto adalah Kuswanto (Komisariat Lafran Pane Unwiku).

Dalam kepengurusan cabang, Heri menunjuk Tatang Gunawan (Komisariat Sultan Agung Fakultas Ekonomi Unsoed) menjadi sekretaris umum. Komposisi pengurus lainnya berasal dari STAIN dan Unwiku. Heri meminta saya menjadi Ketua Bidang Pengembangan Wacana.

Bidang Pengembangan Wacana ini dibentuk khusus sebagai upaya mengembangkan kajian dan diskursus yang saat itu mulai terasa hilang di HMI. Memperkuat wacana di kalangan kader HMI adalah tugas yang tidak mudah dilakukan karena pada saat itu kegiatan mahasiswa banyak didominasi politik praktis.

Dalam perjalanan kepengurusan itulah, saya cukup dekat dengan Heri. Saya sering mendampingi atau sekadar diajak menjumpai berbagai tokoh/alumni yang berada di wilayah Banyumas dan sekitarnya. Heri mengajak saya untuk bersilaturahmi dengan tokoh-tokoh baik agenda HMI maupun hanya untuk sowan.

Tidak jarang kami berdua pergi ke Cilacap hanya untuk menjumpai orang di Pemkab Cilacap sekalian berkunjung ke Komisariat Bahari (AMN Cilacap). Heri selalu antusias mengajak saya untuk mengunjungi tokoh-tokoh setempat.

Dalam perjalanan ke beberapa daerah di luar Banyumas, Heri meminjam motor dari teman-teman atau saudara-saudaranya. Heri memiliki saudara kandung Ozi dan Imam Arif yang sama-sama studi di STAIN Purwokerto.

Ozi dan Imam Arif (sekarang Ketua KPU Banyumas) keduanya sama-sama aktif di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Banyumas. Bahkan keduanya pernah menjadi Ketua Umum IMM Banyumas. Bisa dikatakan keluarga Heri adalah keluarga aktifis. Komposisi IMM dan HMI kuat dalam keluarga Heri.

Ketika Heri berkeliling ke senior dan tokoh-tokoh, motor Honda butut selalu menyertainya. Tas selempang selalu dipakai dengan kemeja lusuh yang bagian lengannya selalu tergulung. Celana bahan sering digunakannya dalam acara-acara formal.

Heri kelihatan memiliki relasi dan jaringan sangat baik dengan tokoh pemerintahan dan senior alumni. Ia selalu mendapatkan akses kepada tokoh-tokoh termasuk alumni-alumni HMI yang justru banyak berasal dari luar HMI Cabang Purwokerto. Saat itu banyak alumni HMI yang berasal dari wilayah cabang di Jawa Tengah yang berkarier di wilayah Banyumas.

Secara tidak langsung, ketika Heri mengajak saya berkeliling untuk sowan dan silaturahmi, ia sedang ‘’mengajarkan’’ saya membangun jejaring dengan tokoh pemerintahan dan senior-senior alumni. Saya banyak belajar hal ini kepada Heri dengan jam terbang dan jejaringnya di wilayah Banyumas. Sebagai yunior dan pendatang baru dalam kepengurusan cabang, Heri menjadi senior yang berhasil mendampingi yunior-yuniornya.

Heri Nuryanto (tengah) dalam sebuah kegiatan HMI tahun 2018 lalu. Dok HMI.

Kepergian Heri secara mengejutkan pada Senin 14 Juni 2021 merupakan kehilangan dan duka bagi HMI Cabang Purwokerto. Saya mengenalnya sebagai sosok sederhana, ulet, rendah hati, dan pekerja keras. Heri juga memiliki pergaulan luas dengan elemen gerakan mahasiswa di Purwokerto. 

HMI dan Gusdur

Salah satu momen politik penting dalam kepengurusan Heri adalah lengsernya Gus Dur sebagai Presiden Republik Indonesia tahun 2001. Salah satu tokoh penting dalam pelengseran Gus Dur adalah Fuad Bawazier. Fuad dikenal sebagai tokoh korps alumni HMI (KAHMI).

Eskalasi politik yang terjadi di Jakarta tersebut sangat dirasakan oleh kader HMI di daerah. Banyak kantor/sekretariat HMI di berbagai daerah yang dilempari batu oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab. Meski kantor HMI di Purwokerto aman dari pelemparan batu itu, tetapi dampak yang dirasakan adalah pembubaran LK I yang dilaksanakan di Ponpes As Sunniyah, Sokaraja.

Jika tidak keliru, panitia LK I-nya adalah Komisariat Agus Salim. Komisariat ini sebenarnya sudah langganan menggunakan ponpes tersebut untuk menyelenggaraan LK 1 dan tidak pernah ada masalah. Tetapi, tahun itu (2021), ceritanya menjadi lain.

Banser meminta kami untuk menghentikan acara LK I yang sudah berjalan beberapa jam sebelumnya. Jika tidak dihentikan, mereka mengatakan tidak bertanggung jawab dengan apa yang akan terjadi ketika itu. Risiko yang berat harus kami ambil pada saat itu. Pilihan melanjutkan LK 1 dengan risiko kekerasan akan terjadi atau menghentikan LK 1 dengan berbagai pilihan risiko lain.

Heri mengambil keputusan untuk menghentikan LK 1 dengan pertimbangan keselamatan (calon) kader-kader dan LK 1. Sesaat setelah penghentian LK 1, saya kemudian membuat pers rilis dan kemudian menyebarkan ke beberapa media massa baik lokal maupun nasional. Esok harinya ancaman pembubaran paksa LK 1 oleh Banser itu kemudian dimuat di beberapa media massa seperti Radar Banyumas, Suara Merdeka dan Kompas wilayah Jawa Tengah.

Setelah menghentikan LK 1 Heri dengan cepat menghubungi beberapa alumni lain yang berada dekat dari wilayah Sokaraja. Kami akhirnya memindahkan LK 1 di sebuah musala yang pengurus takmirnya adalah alumni HMI. Selamatlah kader-kader tersebut meskipun harus berjuang memindahkan lokasi LK 1 dalam hitungan jam.

Yang menarik adalah peserta di LK 1 ini kemudian hari dikenal menjadi kader-kader potensial di Cabang Purwokerto. Salah satunya adalah Yusak Farchan (Komisariat Diponegoro FISIP Unsoed) yang kemudian menjadi Ketua Umum Cabang Purwokerto.

Kepengurusan Heri berakhir dalam konfercab di Baturraden yang kemudian saya gantikan sebagai Ketua Umum HMI Cabang Purwokerto Periode 2001-2002. Saat menjadi ketua umum, Heri-lah yang membantu saya mendapatkan akses informasi dan kontak senior maupun tokoh pemerintahan yang kemudian saya rawat sebagai jejaring penting. Meskipun Heri sudah selesai dari cabang saya masih sering diskusi dan berkonsultasi dengannya.

Waktu itu HMI Cabang Purwokerto menjadi tuan rumah Musyawarah Daerah (Musda) Badan Koordinasi (Badko) HMI Jawa Tengah-DIY di Baturraden. Ketua Umum Pengurus Besar (PB) HMI Kholis Malik hadir dalam pembukaan yang dilaksanakan di Gedung Soemardjito, Kampus Unsoed. Gubernur Jawa Tengah Mardiyanto juga hadir dalam acara tersebut.

Pada Musda Badko tersebut terpilih Mamad Syabani (HMI Cabang Semarang) sebagai Ketua Umum. Heri kemudian menjadi salah satu pengurus Badko di kepengurusan Mamad Sya’bani. Jika tidak salah, Heri menjadi salah satu Ketua Bidang di kepengurusan Mamad Sya’bani.

Selama di kepengurusan Badko, Heri kemudian bolak-balik Purwokerto-Semarang. Setelah saya hijrah ke Jakarta saya jarang berjumpa dengan Heri. Perjumpaan terakhir saya terjadi pada tahun 2017 ketika menghadiri sebuah acara di Unsoed.

Saya dijemput di kampus Unsoed. Saat itu, saya sempat diajak ke rumah dan dikenalkan dengan keluarganya. Sepanjang perjalanan dengan Avanza putih kami bercerita kesibukan masing-masing. Pada waktu itu Heri bercerita sedang sibuk menggarap proyek-proyek infrastruktur desa dengan anggaran dana desa.

Sebelum saya kembali ke Jakarta, Heri mentraktir makan malam di sebuah kafe sekitar Stasiun Purwokerto. Ia antusias bercerita suka duka menggarap proyek infrastruktur di desa sambil memberikan semangat dan motivasi kepada saya untuk aktifitas yang saya geluti sekarang.

Meskipun Heri merasakan tidak mudah menggarap proyek-proyek itu, tapi ia merasa proyek-proyeknya itu cukup membawa perubahan ekonomi di keluarga. Dengan ciri khasnya yang rendah hati dan bersahaja, Heri sangat mensyukuri proyek-proyek yang digelutinya.

Tahun 2017 mobil Avanza putih menjadi teman Heri dalam mobilitas sehari-hari. Mobil itu mengingatkan saya kepada motor butut pinjaman dengan bensin kosong pada waktu berangkat silaturahmi ke senior dan pulangnya bisa mengisi bensin penuh disertai makan siang enak ala aktivis. Rupanya itulah momen pertemuan terakhir saya dengan Heri.

Selamat jalan Heri Nuryanto. Semoga engkau mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya dan keluarga yang ditinggalkannya mendapatkan kesabaran. Al fatihah.

Serpong, 14 Juni 2021

 

Rakhmat Hidayat, PhD

Ketua Umum HMI Cabang Purwokerto Periode 2001-2002

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here