Tahun ajaran baru 2021 SMA N 1 Pemalang menerima 432 muda-mudi. Siswa baru ini mendaftar melalui berbagai jalur yang disediakan pihak sekolah.
Pertama Jalur Zonasi. Jalur ini mengakomodir pendaftar yang bertempat tinggal di sekitar SMA N 1 Pemalang. Misalnya Kelurahan Mulyoharjo, Kebondalem, Bojongbata, dan Kaligelang Taman. Ada 247 siswa baru dari Jalur Zonasi.
Kemarin saya lihat jarak terdekat antara sekolah dan rumah siswa baru adalah 219 meter sedangkan terjauh 1414 meter. Rumah terdekat berada di Jalan Sulawesi Mulyoharjo sedangkan terjauh Jalan Bintan Bojongbata Kecamatan Pemalang.
Kedua melalui Jalur Afirmasi. Jalur ini mengutamakan atau memberi tempat khusus kepada muda-mudi calon siswa dengan orangtua tenaga kesehatan yang bekerja menangani Covid 19. Jalur Afirmasi juga secara khusus diperuntukkan bagi anak-anak pemegang Kartu Indonesia Pintar (KIP).
Kemarin saya hitung ada 86 siswa baru dari Jalur Afirmasi. Di antara jumlah itu 21 di antaranya anak dari tenaga kesehatan yang menangani Covid 19.
Ketiga adalah Jalur Perpindahan Tugas Orangtua. Jalur ini mengakomodir anak-anak ASN, TNI, POLRI atau pejabat lain yang baru saja dipindahkan/pindah tugas dari daerah lain ke Pemalang.
Jalur ini juga memberi tempat istimewa bagi anak-anak yang punya orangtua pendidik alias guru di SMA N 1 Pemalang. Kuota bagi jalur ini sebanyak 13 anak.
Jalur nomor empat adalah Prestasi. Kemarin saya lihat ada 86 anak masuk ke SMA N 1 Pemalang melalui jalur ini.
Saya coba petakan pendaftar berprestasi ini. Kira-kira beberapa lulusan SMP dari pinggiran Pemalang seperti Moga, Randudongkal, Comal, dan Watukumpul yang mendaftar di SMA yang dulunya paling terkenal di Pemalang ini?
Saya hanya menemukan satu nama dari SMP N 1 Moga. Kemudian empat nama dari SMP N 1 Randudongkal dan enam nama dari SMP N 1 Comal.
Bagaimana dengan Watukumpul? Kemarin saya tidak menemukan satu nama pun.
Paling dominan adalah lulusan SMP N 2 Pemalang. Saya hitung ada 52 anak SMP N 2 Pemalang dalam daftar anak-anak yang diterima melalui Jalur Prestasi.
Sisanya adalah satu anak dari SMP N 1 Bantarbolang, beberapa nama dari sekolah-sekolah di Petarukan, Ampelgading, dan Taman. Ada juga beberapa anak dari sekolah di Kecamatan Pemalang (selain SMP N 2) dan luar daerah (Warureja Tegal).
Data-data di atas sangat menarik. Itu akan mengkonfirmasi banyak hal yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan di kepala. Minimal kepala saya.
Dulu, SMA N 1 Pemalang merupakan tujuan utama lulusan SMP/MTS di Kabupaten Pemalang. Di dalam sekolah itu berkumpul bocah-bocah gunung, pantai, dan kota. Orangtua mereka pun beragam: petani, guru, wiraswasta, kiai, nelayan, pedagang nasi goreng, sopir, tentara, polisi, dokter, pegawai negeri, dan juga bupati.
Pendaftar sekolah ini sebagian besar adalah murid-murid terbaik dari SMP/MTS di Kabupaten Pemalang. Sebagian besar merupakan anak-anak pintar didikan alam. Banyak di antara mereka berasal dari kecamatan-kecamatan pinggiran.
Saya pernah kenal anak super jenius lulusan SMP N 1 Comal. Konon nilai ujian nasional SMP-nya menjadi yang tertinggi se-Kabupaten Pemalang. Ia langganan juara di berbagai Olimpiade Matematika.
Berikutnya seorang anak dari SMP N 1 Randudongkal. Waktu itu nilai ujian nasional SMP-nya juga termasuk yang tertinggi di Kota Ikhlas.
Ada juga anak istimewa dari Watukumpul. Selama tiga tahun di SMA N 1 Pemalang selalu juara kelas. Bahkan setelah lulus dia bisa melanjutkan kuliah di Kedokteran UNDIP tanpa perlu ikut tes.
Setahu saya tiga jenius itu tak pernah ikut kelas bimbingan belajar di Primagama, Neutron, GO, maupun tempat les khusus yang banyak dibuka guru-guru tertentu. Keduanya terlahir sudah cerdas dari sana-Nya.
Tiga anak jenius kelas dewa itu merupakan contoh. Selain mereka masih ada ratusan siswa lain dari pinggiran Pemalang mendaftar dan kemudian menjadi bagian dari SMA N 1 Pemalang.
Tentu saja tidak semua masuk SMA N 1 Pemalang. Banyak juga yang memilih SMK N 1 Pemalang, MAN N 1 Pemalang, SMA N 3 Pemalang, SMA N 2 Pemalang, dan SMK Texmaco Pemalang. Sekolah swasta lain seperti SMK Satyapraja dan SMK Muhammadiyah Pemalang pun sangat diminati anak-anak dari desa.
Pelajar-pelajar ini, khususnya yang dari Watukumpul, Belik, Moga, Pulosari, dan bodeh memilih kost di sekitar Sirandu seperti Jalan Dieng, Banowati, Merbabu, Bojongbata, dan sekitar Kaligelang. Ada juga yang mondok di Salafiyah Kauman dekat Alun-alun Pemalang.
Wakil Bupati Pemalang sekarang, Mansur Hidayat, merupakan satu contoh. Awal 90-an setelah lulus dari SMP N 1 Moga ia melanjutkan sekolah di SMA N 1 Pemalang. Selama di Pemalang ia tinggal di Kauman Pemalang.
Sistem Zonasi
Sejak penerimaan peserta didik (siswa) baru menggunakan Sistem Zonasi semua berubah. Sistem Zonasi membuat ratusan anak-anak dari kecamatan pinggiran Pemalang tidak leluasa lagi mendaftar di SMA N 1 Pemalang ataupun sekolah lain yang dianggap favorit di pusat kota Pemalang. Untuk ke Pemalang anak-anak harus punya prestasi akademik mumpuni dan prestasi lain setingkat kabupaten, provinsi, nasional, maupun internasional.
Data-data awal tulisan bagian pertama bisa menjadi gambaran. SMA N 1 Pemalang hanya memberikan tempat bagi 86 pendaftar berprestasi dari 432 total siswa yang diterima di tahun ajaran baru 2021. Jumlah itu kurang lebih hanya setara 20 persen.
Sistem Zonasi membuat anak-anak pintar tak lagi terkonsentrasi di kota. Mereka menyebar di sekolah-sekolah lanjutan atas yang ada di kecamatan-kecamatan. Akhirnya tak ada lagi sebutan sekolah unggulan, favorit, dan sebutan lain di Pemalang.
Tapi Sistem Zonasi juga punya dampak kurang baik. Keberadaan rumah-rumah kost di kota Pemalang khususnya sekitar Sirandu menjadi sepi. Rumah-rumah itu kosong mlompong karena jumlah anak-anak desa yang sekolah di kota tak sebanyak dulu.
Pemilik rumah kost hanya bisa mengandalkan orang luar daerah yang bekerja di Pemalang. Biasanya para pegawai negeri yang baru pindah ke Pemalang atau karyawan koperasi simpan pinjam. Tapi jumlah mereka sangat terbatas. Kebanyakan juga memilih rumah kost di sekitar kota.
Tak hanya rumah kost, bus serta angkot di Sirandu pun makin sepi penumpang. Dulu, pelajar dari Comal, Ulujami, Petarukan, Taman, Bantarbolang, dan Randudongkal berangkat pulang sekolah naik bus atau angkot. Sebelum pukul 07.00 WIB ribuan anak sekolah ini harus sudah sampai di Sirandu. Dari Sirandu mereka kemudian berjalan kaki atau naik angkot jurusan kota menuju sekolah masing-masing.
Setiap akhir pekan Sirandu juga sangat ramai. Bocah-bocah kidulan pulang ke desa untuk minta uang ke orangtua. Senin pagi anak-anak kost ini pasti sudah sampai Pemalang lagi.
Kini, para generasi baru SMA N 1 Pemalang didominasi anak-anak Kelurahan Mulyoharjo, Kebondalem, dan Bojongbata. Untuk sampai ke sekolah, mereka ini cukup naik sepeda atau bahkan jalan kaki. Kebanyakan dari mereka juga sudah punya motor bebek sendiri. Jadi tinggal gas tipis-tipis 1 menit sudah sampai gerbang sekolah.
Anak-anak SMA N 1 Pemalang sekarang juga lebih sehat walafiat. Tak ada lagi cerita anak kost yang ketika masuk sekolah belum sarapan karena bangun kesiangan. Mereka ini kebanyakan tinggal serumah dengan orangtua yang tiap pagi bisa menyiapkan sarapan.
Suryopranoto