Tradisi-tradisi 1 Suro di Desa Kamu?

0
Hasil bumi dan kepala kerbau akan dipindahkan ke kapal untuk dilarung. Tradisi 1 Suro di Desa Asemdoyong Kecamatan Taman ini dikenal sebagai Baritan, Selasa 10 Agustus 2021. Dok istimewa

Sebagai anak desa pedalaman Jawa saya lekat dengan tradisi 1 Sura/Suro. Di kemudian hari, saat tumbuh dewasa, saya baru tahu bahwa 1 Suro sama artinya dengan 1 Muharam. Muharam merupakan bulan permulaan (tahun baru) dalam kalender Islam.

Seingat saya 1 Suro adalah hari keramat. Hari itu banyak orang memotong rambut, keramas, dan puasa mutih. Di malam hari ada orang mengunjungi sekaligus mengumpulkan air dari beberapa sumur. Saya sendiri pernah diajak keliling desa pada dini hari 1 Suro.

Acara-acara televisi zaman dulu juga menambah angker suasana malam 1 Suro. Seingat saya film misteri dengan aktor utama Suzanna selalu menjadi tontonan utama keluarga. Film-film misteri itu sangat membekas sehingga menjadi bagian pembentuk ingatan anak-anak desa tentang betapa mistisnya malam 1 Suro.

Setelah tahun 2000 semua berubah. Malam 1 Suro tak lagi menyeramkan. Justru sebaliknya, 1 Suro menjadi sangat meriah. Anak-anak mulai menyebut 1 Suro sebagai perayaan Tahun Baru Islam.

Seingat saya beberapa tahun sebelum pandemi pawai oncor sempat merebak di berbagai tempat. Tradisi ini diikuti anak-anak taman pendidikan Alquran (TPQ), madrasah, dan sekolah Islam di desa.

Beberapa tahun belakangan, untuk menyambut 1 Muharam, orang-orang juga akrab dengan kegiatan membaca doa awal serta akhir tahun. Beberapa hari jelang 1 Muharam, bagaimana dan seperti apa isi doa dalam bahasa Arab tersebut, bertebaran di jagat maya.

Muncul juga tradisi baru berupa saling mengucapkan Selamat Tahun Baru Islam. Individu maupun lembaga pemerintah berlomba-lomba dengan desain poster terbaik mejeng sebagai profil Facebook atau Whatsapp. Era digital sudah sangat sukses mengubah wajah 1 Suro.

Pawai oncor dan salawat di Kecamatan Bodeh untuk menyambut 1 Muharam 1443 Hijriah. Dok Imas.

Untuk 1 Suro tahun ini sendiri seorang kawan lama dari Kecamatan Bodeh mengabarkan rencana pawai oncor serta salawat di wilayah setempat. Entah bagaimana kelanjutannya karena semalam hampir semua wilayah di Kabupaten Pemalang hujan lebat.

Tapi tentu saja tak semua tradisi lama 1 Suro hilang di masyarakat. Beberapa di antaranya bertahan, diadaptasi atau digabung (kolaborasi) dengan ritual agama.

Saya mendengar ada tradisi 1 Muharam berupa doa bersama di rumah sesepuh desa, musala atau masjid. Setelah berdoa mereka makan nasi tumpeng yang erat dengan tradisi sajen.

Seorang teman di Desa Mejagong Kecamatan Randudongkal mengatakan desanya tiap malam 1 Muharam menggelar tradisi pawai oncor serta doa bersama. Doa bersama itu berlangsung di petilasan pendiri desa. Nama petilasan tersebut adalah Manggis Daleman.

Pagi harinya warga desa menggelar ruwatan dengan cara mengarak hasil bumi dan takir. Takir merupakan tradisi bungkus nasi untuk selametan. Dilanjut doa bersama lagi di Manggis Daleman, pengajian, dan makan bersama serta berebut hasil ruwatan serta takir yang sudah diarak keliling desa.

Tapi sayang, sejak ada Covid-19 tradisi 1 Suro di Desa Mejagong tersebut tidak lagi digelar. Padahal tradisi turun-temurun itu sangat ditunggu-tunggu warga desa baik tua maupun muda.

Seorang rekan lain di Desa Gongseng Kecamatan Randudongkal mengatakan setiap 1 Muharam di desanya ada tradisi potong kepala kambing. Prosesi ini berlangsung di siang hari. Kepala kambing-kepala kambing tersebut kemudian dikubur di perempatan-perempatan utama desa.

Di malam harinya semua warga desa di kaki Gunung Gajah itu menggelar tahlil. Tahlil berlangsung di perempatan-perempatan desa di mana kepala kambing itu dikubur. Setelah tahlil selesai acara berikutnya adalah makan bersama.

Tradisi di Desa Gongseng ini juga tak lagi digelar. Alasannya masih sama: pandemi Covid-19. Menurut teman saya di Gongseng untuk menyambut tahun baru Islam warga desa setempat juga kerap menggelar pertunjukan wayang golek.

Tradisi larung sedekah bumi dan kepala kerbau ke Laut Jawa (Baritan) di Desa Asemdoyong Kecamatan Taman, Selasa 10 Agustus 2021. Dok Istimewa.

Tradisi 1 Suro tak banyak berubah di masyarakat nelayan. Teman saya di Desa Asemdoyong Kecamatan Taman, desa pesisir utara Pemalang, mengabarkan di desanya masih ada kegiatan melarung hasil bumi serta tiga kepala kerbau ke Laut Jawa. Masyarakat setempat mengenal tradisi ini sebagai sedekah laut atau Baritan. Baritan dimulai pukul 08.00 pagi.

Warga Asemdoyong juga menggelar pertunjukan wayang kulit. Dua tahun terakhir semua gelaran di atas tak semeriah sebelumnya. Pandemi Covid-19 memaksa panitia melakukan pembatasan sehingga acara dikemas menjadi lebih sederhana.

Slamet

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here