Kamis 12 Agustus 2021 kemarin saya kondangan ke Desa Moga Kecamatan Moga. Moga terletak di Pemalang sebelah selatan, dekat Gunung Slamet.
Ada hal menarik yang saya lihat di tempat kondangan. Tuan rumah hajatan menghidangkan umbi-umbian di atas sebuah tampah.
Umbi-umbian tersebut antara lain ketela pohon alias bodin, ubi jalar, besono, ganyong, dan angkrik. Ada pula kacang rebus. Siapa saja bisa mengambil umbi-umbian untuk dimakan di tempat atau dibungkus plastik dibawa pulang.
Saya tertarik pada besono, ganyong, dan angkrik. Tiga umbi-umbian ini sudah sangat langka di masyarakat. Di tahun-tahun sebelum 2000 ketiganya masih sering terlihat di meja-meja warga desa sebagai makanan tambahan di luar nasi.
Setahu saya besono dan ganyong harus direbus lebih dulu sebelum dihidangkan. Setelah masak dipotong kecil-kecil agar memudahkan saat dikupas serta dimakan. Di beberapa tempat besono juga bisa diolah menjadi keripik.
Besono lebih empuk serta mengeyangkan perut. Rasa besono juga lebih tawar, gurih, tapi kadang bisa sedikit bikin tenggorokan gatal. Ganyong agak sedikit manis karena punya kandungan air lebih banyak.
Anak-anak biasanya lebih akrab dengan angkrik. Umbi jenis ini bisa dimakan mentah. Rasanya manis, kulit berwarna terang, kandungan air banyak, renyah, dan menyegarkan. Angkrik juga mudah dikupas menggunakan tangan.
Zaman saya kecil sering berburu angkrik di kebun-kebun dekat rumah. Saya tidak sendiri melainkan berkelompok. Semua angkrik kemudian dikumpulkan di lokasi yang sudah disepakati.
Angkrik tumbuh alami sporadis di kebun-kebun. Kebanyakan tumbuh di antara pohon cengkih milik haji setempat. Setiap tanaman angkrik yang kami lihat satu per satu kami cabut dengan tangan kosong.
Selain angkrik anak-anak juga mencari singkong, ganyong, jambu air, jambu biji, mangga, dan pepaya. Bahan-bahan ini akan ditumbuk bersama angkrik di lumpang.
Zaman dulu, saat mesin giling gabah belum banyak seperti sekarang, hampir semua rumah di desa punya lumpang. Lumpang merupakan tempat penumbuk padi manual terbuat dari batu alam. Lumpang ini juha biasa anak-anak gunakan untuk menumbuk angkrik serta buah-buahan menjadi rujak bebek.
Momen membuat rujak bebek sangat seru. Setiap anak berusaha berkontribusi dengan mencari bahan-bahan rujak bebek. Jika enggan pergi berburu ke kebun-kebun siapa saja bisa urun cabai, garam, atau mencari daun pisang untuk tempat makan rujak bebek.
Setelah proses tumbuk selesai langsung dimakan. Ada yang memakai daun pisang sebagai pengganti piring. Bisa juga lansung makan dari lubang lumpang.