Inilah Sekolah Anak-anak Eropa di Pemalang

0
Kantor BKD Kabupaten Pemalang berlokasi di sisi timur Pendapa Bupati Pemalang. Gedung bersejarah ini juga bisa dilihat dari Taman Kiai Makmur.

Kantor Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Pemalang termasuk gedung bersejarah. Dulunya merupakan sekolah dasar bagi anak-anak Eropa yang tinggal di Pemalang. Sekolah ini bernama Europese Lagere School (ELS).

Pendidikan di ELS berlangsung dalam tujuh tahun. Bahasa pengantar tentu saja Belanda dan juga Inggris. Kurikulum ELS memang sengaja didesain serupa sekolah-sekolah dasar di Eropa.

Awalnya ELS hanya diperuntukkan bagi anak-anak bule. Tapi seiring waktu, mulai tahun 1864, anak-anak pribumi diperbolehkan mendaftar. Anak-anak Tionghoa juga boleh memasuki ELS.

Keluarga bupati merupakan kelompok pribumi paling antusias dengan ELS. Sejak era Tanam Paksa Pemerintah Hindia Belanda mewajibkan siapa saja calon bupati fasih berbahasa Belanda. Tak ayal aturan ini membuat para bupati mendorong anak-anak mereka memasuki ELS. Para bupati sadar tanpa kemampuan bahasa Belanda keturunan mereka tak bisa menjadi bupati.

Teras Kantor BKD Kabupaten Pemalang. Tampak bagian pintu, jendela, dan tiang masih asli.

Kalangan di luar keluarga bupati (kelas menengah) juga berminat menyekolahkan anak-anak mereka ke ELS. Kelompok ini berharap dengan penguasaan bahasa Belanda yang diajarkan di ELS anak-anak mereka kelak bisa menjadi pejabat Hindia Belanda (pegawai negeri) kelas atas. Ijazah ELS juga memudahkan semua lulusannya bekerja di pabrik-pabrik swasta milik orang Eropa.

Biaya pendidikan di ELS sangat mahal. Anak-anak Eropa harus membayar 8 gulden per bulan. Tapi waktu itu ada aturan untuk anak-anak Eropa dari orangtua dengan gaji kurang dari 150 gulden per bulan tidak perlu membayar biaya sekolah.

Berapa gulden per bulan harus dibayarkan anak-anak pribumi di ELS? Setiap bulan anak-anak pribumi harus membayar 15 gulden. Bahkan ada aturan khusus untuk anak pejabat atas dan menengah harus membayar 30 gulden. Di ELS tidak ada beasiswa atau keringanan sedikit pun bagi anak-anak pribumi.

Dalam tahun 1910-1914 ada 800 anak pribumi dan 1400 anak Eropa lulus dari ELS. Kemudian sebuah laporan menyebut menjelang tahun 1930 ada 5.800 anak pribumi dan 2.600 anak Eropa lulus dari sekolah dasar zaman Hindia Belanda tersebut.

Tapi sampai hari ini saya belum menemukan data tentang jumlah lulusan ELS Pemalang (baik pribumi maupun Eropa). Saya hanya baru pernah membaca data hasil sensus penduduk yang dilakukan Pemerintah Hindia Belanda selama tahun 1920-1930 di Kabupaten Pemalang.

Plank yang menerangkan bahwa Kantor BKD Kabupaten Pemalang sebagai gedung bersejarah.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) zaman Hindia Belanda itu menyebut pada tahun 1920 ada 365 orang Eropa di Pemalang. Kemudian jumlah mereka bertambah menjadi 531 orang di tahun 1930.

Ratusan orang Eropa ini tersebar di beberapa distrik (kecamatan). Antara lain Pemalang 353 orang, Comal 159 orang, Randudongkal 14 orang, dan Banyumudal 5 orang.

Orang-orang Eropa tersebar di berbagai sektor pekerjaan. Sedikit di antara mereka bekerja sebagai pejabat atau pegawai Pemerintah Hindia Belanda seperti asisten residen, polisi, jaksa, dan pengawas tugas-tugas pemerintahan setingkat kecamatan.

Sebagian besar lainnya bekerja di pabrik-pabrik gula dan perkebunan swasta. Antara lain Pabrik Gula Sumberharjo, Pabrik Gula Banjardawa, Pabrik Gula Petarukan, dan Pabrik Gula Comal. Di Banyumudal kita tahu ada perkebunan teh Semugih serta perkebunan kakao di Randudongkal (Semingkir).

Sumber bacaan:
Sensus Penduduk Pemerintah Hindia Belanda di Kabupaten Pemalang Tahun 1920-1930 ; Buku Politik Etis dan Revolusi Kemerdekaan ; Internet.

Dahlan Lafran

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here