Persemaian Gereja Kristen Jawa Pemalang hingga Peristiwa Tiga Daerah

0
Gereja Kristen Jawa Pemalang di Jalan Jenderal Soedirman Pemalang.

Misi Zending Di Pemalang

Sejarah penyebaran agama Kristen di Pemalang dibawa oleh zending Belanda mulai terbentuk embrio tahun 1873-1939. Perjalanan zending tak lepas dari jasa Nyonya Christina Petronella Philips, yang menyentuh orang-orang pedalaman di Jawa. Pusat aktivitas perempuan Indo-Belanda ini berada di Purworejo, bersama tokoh lain seperti Kiai Sadrach dan Kiai Tunggul Wulung, yang dikenal sebagai kerasulan dalam menebarkan Injil.

Nyonya Philips bersama para jemaat berdakwah dari desa. Dusun Gintung, Desa Pecangakan Kecamatan Comal merupakan titik dakwah kristen dimulai. Selanjutnya misi mereka kemudian menjalar di beberapa tempat seperti Petarukan yakni Dusun Gejlig, Desa Widodaren Selatan, Desa Kendaldoyong, Desa Temuireng dan Desa Pajunan, Desa Sidokare di Ampelgading, Desa Sokawangi, serta Dusun Sumurgesing di Desa Jebed Kecamatan Taman.

Awal kebaktian di Pemalang nampaknya dimulai tahun 1901 setelah para jemaat dianggap dapat melaksanakannya secara independen. Meskipun sudah berlangsung secara mandiri, ritual sakramen baptis maupun perjamuan kudus masih dipegang oleh pendeta zending dan pendeta dari otoritas gereja pemerintah Belanda (Indische Kerk).

Diceritakan kembali oleh Pendeta Ir. Achmad Supraptono Wiratmo, S.Th. M.Min., para warga yang telah memeluk Kristen lalu memberikan wakaf tanah untuk digunakan sebagai gereja dan tempat pertemuan. Bangunan kala itu dibuat sederhana dari anyaman bambu (welit). Desa-desa pun sudah memiliki tokoh pemimpin jemaat sendiri yaitu Kyai Idris (Gintung), Yusup (Gejlig), Lewi (Sidokare), Mangun Salmon (Kendaldoyong), Rubin dan Ambiyo (Temuireng), Tjanipan (Panjunan), Harun (Sokawangi), dan Yesaya Taridjan (Sumurgesing).

Rumah Pendeta (Pastori) Gereja Kristen Jawa Pemalang.

Setelah kehadiran zending Belanda, Zending Salatiga dari Jerman kemudian masuk ke Pemalang pada tahun 1910 dan memperoleh tanah seluas 2 hektare di lokasi yang sekarang menjadi Gereja Kristen Jawa Pemalang. Hingga kurun waktu 1935-an, gereja diisi oleh tiga pendeta yakni L. De Vries sebagai pendeta pertama, Pendeta Von Seng, dan Pendeta Banzeimer.

Para pendeta berkebangsaan Jerman itu melayani para jemaat menggunakan bahasa jawa. Bersamaan dalam kurun waktu tersebut, Sinode Gereja Kristen Jawa (GKJ) pun mulai dibentuk dan diresmikan pada tanggal 17 Februari 1931.

Pendirian Bangunan Gereja

Tanah yang diperoleh Zending Salatiga kemudian dibangun Gereja Kristen Jawa Pemalang. Gereja yang pertama kali didirikan sudah tidak ada. Di halaman terlihat bukti fitur yang diduga sebagai pondasi bangunan.

Fitur bata merah itu mengindikasikan bangunan gereja bersebelahan dengan bangunan pastori. Merunut informasi dari Pendeta yang memimpin sejak 2006, Gereja Kristen Jawa Pemalang yang sekarang digunakan dibangun pada tahun 1985. Gereja lama luasnya lebih kecil daripada gereja sekarang. Melacak bekas fiturnya, diperkirakan bangunan gereja lama seluas ± 100m².

Fitur bata merah yang diduga sebagai pondasi bangunan Gereja Kristen Jawa Pemalang.

Bangunan pastori dan gereja menghadap selatan. Pastori bersisian di sebelah timur dan masih mencirikan bangunan indis, mode arsitektur perpaduan Eropa dengan Jawa. Pastori gereja digunakan sebagai kantor pendeta sekaligus rumah tinggal utama.

Bangunan penunjang pastori berada di sisi utara berfungsi sebagai dapur dan kamar tamu juga sudah tidak ada. Selain gereja dan pastori, dahulu juga terdapat SMA Kristen. Namun perkembangan waktu, karena kalah bersaing dengan sekolah lain di kota ini, sekolah pun ditutup. Tanah lalu dibeli oleh pengusaha setempat dan digunakan untuk pertokoan.

Resurvival Gereja

Revolusi kemerdekaan memicu pergolakan peristiwa di berbagai daerah termasuk Pemalang, yang kemudian dikenal dengan Peristiwa Tiga Daerah. Para jemaat Pemalang khususnya yang berada di Temuireng, Kendaldoyong, Sokawangi, dan Sumurgesing turut menjadi korban penyerangan dan provokasi. Insiden ini membuat sejumlah desa menangguhkan kebaktian, menunggu hingga situasi aman. Desa Temuireng sendiri baru mengadakan kebaktian kembali pada tahun 1960.

Zending Salatiga kemudian mengutus seorang tokoh guru Injil bernama Joram Soeharno dari Pemalang. Anak pegawai upas pos zaman Hindia Belanda itu kemudian diberi amanah untuk  menata dan menghimpun jemaat gereja Pemalang. Atas prakarsanya, pada 1 Januari 1948 disahkan Majelis Gereja Pemalang. Ia juga ditunjuk sebaga Guru Injil sekaligus Ketua Majelis Gereja Pemalang yang pertama.

Dhiana, Local Citizen

Sumber informasi

Wawancara Pendeta Gereja Kristen Jawa, Bapak Ir. Achmad Supraptono Wiratmo, S.Th.M.Min, 13 September 2021.

SK, Padmono. 2000. “ Gereja-gereja Kristen Jawa : Klasis Tegal Tumbuh, Berkembang dan Berbiak “.

Kaunang, Alvita Melina Surtania dan Emmilia Tricia Herlina. 2012. “Identifikasi Unsur-Unsur Pembentuk Karakter Arsitektural Bangunan Gereja Kristen Jawa Klasis Yogyakarta Utara”. Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 10, Nomor 2, Oktober 2012.

Infografis sejarah GKJ Pemalang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here