Taman Siswa Pemalang, Tapak Perjuangan Sarino Mangunpranoto

0
Bekas bangunan Taman Siswa Pemalang di Jalan Merbabu Kelurahan Mulyoharjo. Taman Siswa Pemalang pernah menjadi sekolah terbesar dan terkenal di Pemalang.

Taman Siswa sebagai Kebangkitan Pendidikan Bangsa

Pemalang ternyata memiliki banyak sekolah yang dibangun pada masa pemerintahan Hindia Belanda hingga kemerdekaan. Saat itu, banyak ragam sekolah yang dibangun sesuai kelas dan golongan masyarakatnya. Hal itu dikarenakan pendidikan yang diinginkan adalah pendidikan yang dibangun untuk menguntungkan dan bersifat mengabdi kepada pemerintah kolonial Belanda.

Pendirian sekolah semakin beragam pasca kebangkitan nasionalisme bergaung di kalangan pemuda melalui pendeklarasian Budi Utomo. Sumbu pendidikan yang mengajarkan nasionalisme mulai membara sejak 1908 dan bertahan sampai tahun 1942. Jenis-jenis sekolah tersebut hampir sama di semua tempat di Indonesia, termasuk sekolah Taman Siswa yang digagas oleh Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hadjar Dewantara, yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan.

Taman Siswa dibentuk pertama kali di Yogyakarta pada tanggal 3 Juli 1922. Selain Ki Hadjar Dewantara, dua tokoh pemuda lain adalah Tjipto Mangunkusumo dan E.F.E Douwes Dekker, seorang Belanda. Mereka inilah yang kemudian dikenal sebagai tokoh Tiga Serangkai. Ketiganya memiliki semangat untuk menghapus sistem pendidikan kolonial untuk mencapai kemerdekaan.

Resistensi Taman Siswa dari UU Sekolah Liar 

Pertumbuhan Taman Siswa yang menyebar di berbagai daerah membuat gerah Pemerintah Hindia Belanda. Mereka mengeluarkan Undang-Undang Sekolah Liar (Wilde Scholen Ordonantie) pada tahun 1932 sebagai cara untuk menekan Sekolah Taman Siswa dan sekolah lain yang mengusung ide nasionalisme. Di dalam undang-undang tersebut, semua sekolah harus menginduk dan tunduk kepada Hoofd van Gewestelijk Bestuur.

Gerilya perlawanan UU Sekolah Liar dihadapi oleh Ki Hadjar Dewantara dan Sutartinah, atau Nyi Hadjar Dewantara. Sepasang suami isteri itu melakukan aksi kampanye terbuka di tempat terpisah. Ki Hadjar Dewantara di Jakarta dan Bogor, sedangkan sang istri berada di Yogyakarta. Bersama para Dewan Pimpinan Eksekutif Taman Siswa yakni Ki Sarino Mangunpranoto, Ki Supardo, dan Ki Muh. Said, berjuang keluar dari krisis tekanan UU Sekolah Liar yang menggerogoti Taman Siswa. Hasil perjuangan itu menyiratkan pesan Nyi Hadjar Dewantara agar mereka tetap mempertahankan asas kemurnian Taman Siswa di mana pun berada.

Dari Kepala Sekolah Taman Siswa Pemalang hingga Menteri Pendidikan

Sarino Mangunpranoto. Dok Anton Lucas.

Anton Lucas menuliskan dalam Peristiwa Tiga Daerah bahwa Taman Siswa Pemalang sudah ada sejak 1920-an. Salah satu Dewan Pimpinan Eksekutif Taman Siswa yakni Ki Sarino Mangunpranoto dikirim untuk mendirikan sekolah Taman Siswa di Pemalang, kota kecil Pantura Jawa Tengah, mulai tahun 1929. Ia menjadi kepala sekolah Taman Siswa Pemalang hingga 1943, sebelum pecah perang revolusi kemerdekaan. Lokasi sekolah Taman Siswa Pemalang berada di distrik Kademangan Wetan, tempat yang dikenal warga sebagai Kepatihan dan kini menjadi Jalan Merbabu.

Sarino Mangunpranoto menjadikan Taman Siswa Pemalang sebagai lahan menumbuhkan nasionalisme. Pria kelahiran Bagelen Purworejo 1910 ini, menggunakan sekolah Taman Siswa sebagai sarana untuk rapat serta diskusi tokoh-tokoh pergerakan Pemalang. Murid-murid Taman Siswa Pemalang di kemudian hari tercatat menjadi pemimpin maupun pejuang di kota ini.

Selain mengembangkan pendidikan di Pemalang, Sarino Mangunpranoto juga menata perekonomian rakyat Pemalang. Keprihatinannya terhadap kondisi masyarakat, mendorong dia memimpin kursus dagang dan membentuk koperasi bagi para nelayan. Jasanya berupa Koperasi Perikanan Laut Mijososari yang dikelola sejak 1936 hingga 1942 kini masih hidup di Tanjungsari, Kelurahan Sugihwaras.

Tahun 1943 Taman Siswa Pemalang dibubarkan oleh tentara Jepang. Selepas dari Pemalang, Sarino Mangunpranoto pindah ke Pati dan menjadi Residen di tempat tersebut pada awal kemerdekaan. Perjalanan karier membawa ia ke berbagai kota hingga ke puncak menjadi Menteri Pendidikan dan Pengajaran pada tahun 1956-1957 (Kabinet Ali Sastroamidjoyo II). Sarino Mangunpranoto kemudian menjabat kembali di posisi yang sama dalam Kabinet Ampera I tahun 1966 – 1967 sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Terminasi Taman Siswa Pemalang 

Sekolah Taman Siswa Pemalang baru dibuka kembali setelah perang kemerdekaan. Pada tahun 1950-an Taman Siswa menjadi sekolah swasta terbesar dan terkenal. Belum diketahui siapa yang meneruskan sekolah ini di Pemalang setelah Sarino Mangunpranoto pindah ke Pati.

Pintu dan jendela depan Taman Siswa Pemalang terlihat masih asli. Meski bersejarah tapi gedung bekas sekolah bersejarah ini kondisinya tak terawat.

Sumber-sumber lokal mengatakan Taman Siswa Pemalang tutup pada 1980-an. Tahun 1990-an orang-orang di sekitar Jalan Merbabu dan Banowati masih mengenal Taman Siswa Pemalang sebagai sekolah TD (Taman Dewasa). TD merupakan jenjang sekolah menengah pertama (SMP) milik Taman Siswa. Setelah itu sekolah ini digunakan untuk SMEA (SMK) BIMA hingga tahun 1997.

Bangunan sekolah Taman Siswa Pemalang masih bisa dilihat di Jalan Merbabu meskipun tertutup rimbunan pohon kresem (talok). Munculnya sejumlah sekolah negeri dan swasta mengakhiri sejarah perjalanan sekolah legendaris yang digagas oleh Ki Hadjar Dewantara tersebut.

Larasaty Wahyuning Iskandar

 

Sumber informasi

Ibu Diah, pensiun guru SMA Negeri 1 Pemalang

Warga sekitar Jalan Merbabu dan Banowati Mulyoharjo

Referensi

Lucas, Anton. 2004. One Soul One Struggle Peristiwa Tiga Daerah.

Lucas, Anton. 1983. In Memoriam: Ki Sarino Mangunpranoto, 1910-1983. Indonesia No. 35, April 1983 hal. 133-137.

Stable URL: https://www.jstor.org/stable/3350870

Purwoko, Dwi. 1994. Semangat Taman Siswa Dalam Perlawanannya Terhadap Undang-Undang Sekolah Liar. Jurnal Ilmu Pendidikan. Agustus 1994 Jilid I Nomor 2 Hal. 125-135.

Nyi Hajar Dewantara. http://dpad.jogjaprov.go.id/public/article/621/NYI_HAJAR_DEWANTARA.pdf

http://www.konstituante.net/id/profile/PNI_sarino_mangun_pranoto

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here