Tjie Boen Kwee lahir pada 10 Oktober 1937 di Jalan Tengiri Pemalang. Masyarakat Pemalang zaman sekarang menyebut Jalan Tengiri sebagai Jalan RE Martadinata.
Jalan Tengiri juga pernah dikenal sebagai Paloran. Paloran merupakan kompleks tempat tinggal warga keturunan Tionghoa (pecinan) di Pemalang. Zaman dulu di kanan dan kiri jalan ini berjejer rumah-rumah warga Tionghoa berbagai ukuran.
Tjie Boen Kwee mengenyam pendidikan dari TK sampai SD di Pemalang. Sekolah tempat ia belajar bernama Tiong Hoa Hwee Kwan (THHK) Pemalang. THHK merupakan nama perkumpulan komunitas peranakan China (Tionghoa) di zaman Hindia Belanda. Kegiatan utama organisasi ini ialah mendirikan sekolah-sekolah berbahasa Mandarin.
Tjie Boen Kwee lulus dari SD THHK Pemalang tahun 1954 (umur 17 tahun). Ia kemudian melanjutkan pendidikan ke SMP THHK Tegal. Waktu itu THHK Pemalang hanya menyelenggarakan pendidikan TK dan SD.
Setiap hari ia berangkat-pulang (Pemalang-Tegal) menggunakan kereta api. Pukul 05.00 sudah harus siap di Stasiun Pemalang untuk menunggu kereta api tujuan Tegal dan sore harinya pukul 16.00 (sore) menunggu kereta tujuan Pemalang.
Tjie Boen Kwee lulus SMP THHK Tegal tahun 1958 (umur 21 tahun). Ia kemudian sempat melanjutkan ke SMA milik Perguruan Taman Siswa di Jalan Kepatihan (sekarang Jalan Merbabu Pemalang). Generasi-generasi Pemalang tahun 1980-1990 mengenal sekolah ini sebagai Taman Dewasa.
Tapi Tjie Boen Kwee tak sempat lulus dari sekolah milik Ki Hadjar Dewantara tersebut. Ini karena pada suatu hari ada seorang guru SD THHK Pemalang mengundurkan diri kemudian meminta Tjie Boen Kwee menjadi guru pengganti di THHK Pemalang.
Tjie Boen Kwee mengajar olahraga khususnya basket di sekolah THHK yang kemudian berganti nama sebagai TK/SD Nasional. Di sekolah itu ia juga merangkap sebagai tenaga administrasi sekolah yang bertugas mengurus semua gaji guru serta pajak sekolah. Pramuka pun ia aktif di dalamnya.
Awal September 1965 Tjie Boen Kwee keluar dari SD Nasional. Ia pindah kerja ke Perusahaan Bus Moga yang kantornya hanya beberapa meter dari TK/SD Nasional ke selatan. Waktu itu Bus Moga merupakan perusahaan bus terbesar di wilayah Pantura Barat.
Tjie Boen Kwee bekerja di Bus Moga selama 20 tahun. Tahun 1985 ia pindah kerja ke beberapa hotel milik pengusaha Tionghoa, di antaranya Hotel Dirgahayu dan Hotel Pemalang.
Tjie Boen Kwee juga pernah menjadi guru di SMA Pagudi Luhur Pemalang. Di sekolah itu ia mengajar bahasa Mandarin. Ia mengaku pernah mendapat tawaran untuk menjadi guru bahasa Mandarin di SMA N Pemalang (sekarang SMA N 1 Pemalang), tapi menolak karena alasan jarak rumah dengan sekolah cukup jauh.
Tahun 1994 Tjie Boen Kwee pindah dari Paloran ke Jalan Bungur Pekunden Pemalang. Di jalan itu laki-laki 84 tahun ini menikmati masa tuanya.
Kemarin, saat saya datang, ia sangat bersemangat menceritakan soal sejarah di atas. Ingatan serta pendengaran penghobi basket serta tenis meja ini masih sangat bagus.
Di akhir pertemuan Tjie Boen Kwee menunjukkan beberapa arsip pribadi. Rupanya ia masih menyimpan beberapa foto lawas zaman THHK Pemalang masih eksis serta tiket kereta api Pemalang-Tegal zaman saat ia menempuh SMP di THHK Tegal.
Tjie Boen Kwee juga menyimpan foto Bung Karno dan Chou En-lai (Perdana Menteri China). Foto tersebut diambil dalam momen Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Tjie Boen Kwee mengaku foto itu ia dapat dari seorang sahabat yang hadir dalam Konferensi Asia Afrika.
Dahlan Raflan
Itís hard to find experienced people about this subject, however, you sound like you know what youíre talking about! Thanks