Pemalang dalam Catatan HJ Domis

0
Gerbang Kantor Bupati Pemalang
Kantor Bupati Pemalang saat ini yang berlokasi di Jalan Surohadikusumo No 1 Kebondalem Pemalang (sebelah selatan Alun-alun Kabupaten Pemalang). Menurut catatan sejarah Kantor/Rumah Bupati Pemalang pernah berlokasi di Dusun Mengoneng Bojongbata, Desa Bojongnangka, Jalan Kenaren (selatan Rutan Pemalang), dan sebelah timur Alun-alun Kabupaten Pemalang (sekarang Gedung Kridanggo).

Pada masa Hindia Belanda, orang-orang Eropa gemar melakukan perjalanan ke beberapa wilayah khususnya di Pulau Jawa. Dalam perjalanannya, mereka gemar menuliskan setiap daerah yang dilewati. Adakalanya, dalam perjalanan tersebut, mereka juga membawa orang Jawa sebagai asisten. Tugas sang asisten, selain menemani perjalanan dan menerjemahkan perbincangan mereka dengan penduduk Jawa yang ditemui, juga menuliskan perjalanan tersebut. Salah satu orang Belanda yang menuliskan pengalaman perjalanannya adalah HJ Domis.

HJ Domis pernah menjabat sebagai Residen Pasuruan. Perjalanannya selama di Pulau Jawa dilakukan pada tahun 1808 dan 1809. Bersama para pengikutnya, ia membawa asisten, seorang Jawa bernama Tjokro Die Wirio. Menurutnya sang asisten kurang terampil dalam menuliskan catatanya dalam bahasa Belanda sehingga sulit dipahami. Catatan perjalanan HJ Domis kemudian diterbitkan pada tahun 1829. Di antara berbagai daerah yang ia kunjungi, salah satunya adalah Pemalang.

Catatan HJ Domis menceritakan bahwa perjalananya ke Pemalang terjadi pada tanggal 7 Mei 1808. Sebelum tiba di Pemalang, ia lebih dahulu mengunjungi Tegal melalui perjalanan laut dengan perahu mayang dari Cirebon. Perjalanan laut menjadi pilihannya karena kondisi jalan yang buruk apabila melalui perjalanan darat. Ia juga kurang sehat ketika menuju Pemalang, sehingga harus ditandu.

Mereka berangkat pukul 1 siang dengan rute perjalanan dari Tegal ke Pemalang melalui Banjaran. Sepanjang jalan, dia melewati banyak pohon asam dan Gunung Gajah. Kurang lebih 8 jam perjalanan Tegal-Pemalang saat itu. Ia tiba pada pukul 8 malam dan berkunjung ke rumah Bupati Pemalang. Bupati Pemalang menjamu HJ Domis dengan makanan terbaik.

Rumah Bupati Pemalang bernuansa putih ibarat hamparan kain katun dan diterangi ribuan pelita. Dindingnya terbuat dari batu dan memiliki kamar yang bagus. Usai makan malam, HJ Domis langsung melanjutkan perjalanan ke Wiradesa dan tiba pukul 4 pagi. Jalur yang ia lewati adalah Sungai Comal dan Ulujami, tanah yang disewakan oleh para Cina.

Gunung Gajah Pemalang
Gunung Gajah dan Gunung Slamet terlihat dari jalan tol Pemalang-Tegal. Gunung Gajah berlokasi di Desa Gongseng, desa paling barat di Kabupaten Pemalang yang berbatasan dengan Kabupaten Tegal.

HJ Domis kembali ke Pemalang dan mengunjungi Moga. Tak dijelaskan waktu kedatangannya ketika di Moga. Hanya semalam ia menginap di sebuah rumah di Moga dalam cuaca yang dingin. Setelah dari Moga, HJ Domis kemudian menuju Jatinegara melalui Cibuyur, melewati hamparan sawah dan pegunungan. Di Cibuyur, rombongannya berhenti untuk menikmati permainan orang Jawa yang ditulisnya bernama “Oedjong”. Permainan itu menempatkan dua orang berhadapan dengan membawa rotan. Satu kelompok tim terdiri dari 15 orang. Dua orang yang berhadapan saling menangkis dengan rotan hingga salah satunya kalah.

HJ Domis diperkirakan kembali ke Pemalang tanggal 18 Mei 1808, seusai dari Jatinegara. Pada malam itu, rumah Bupati Pemalang mengalami kebakaran hebat. Istri dan selirnya menjerit ketakutan. Mereka keluar dari kamarnya masing-masing. Ia melihat sang bupati sangat cemas menyaksikan kebakaran tersebut.

HJ Domis kembali datang ke Pemalang pada tanggal 20 Juli 1809. Sama dengan perjalanan sebelumnya, ia mengunjungi Tegal terlebih dahulu. Kali ini ia lebih banyak waktu untuk mengunjungi desa-desa di Pemalang bagian selatan. Setelah bertemu Bupati Pemalang, ia memberikan kesan bahwa dekorasi rumah sang bupati sangat menarik. HJ Domis kemudian pergi bersama sang bupati dan menginap di Karanganyar.

Perjalanan mereka dilanjutkan ke Lonkian (Longkeyang) pada 23 Juli 1809 dengan melewati hutan-hutan. Ia mengeluhkan kondisi penginapan di Lonkian yang kurang layak tetapi senang dengan cuacanya yang mirip pegunungan. Selanjutnya, mereka menuju ke atas, sebuah tempat di pegunungan yang harus melewati tebing-tebing bernama Bongas. Dari Bongas, mereka lalu menuju Gunung Tiga, tempat tinggi yang gersang dan tandus. Perjalanan mereka ke tempat-tempat tersebut kurang lebih memakan waktu lima hari dan tiba di Pemalang pada tanggal 25 di bulan yang sama.

Dhiana, Local Citizen

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here