Sabtu 2 Juli 2022 saya mengunjungi Makam Mbah Sidayu. Makam ini berada di ujung persawahan utara Desa Kabunan Kecamatan Taman.
Makam Mbah Sidayu termasuk makam yang dianggap keramat oleh warga Kabupaten Pemalang. Konon, makam ini berkaitan dengan sejarah keberadaan Desa Kabunan serta Kabupaten Pemalang di masa lalu.
Drajat, Juru Kunci Makam Mbah Sidayu, tidak banyak cerita tentang sejarah atau legenda di balik makam tua dekat muara Sungai Elon ini. Dia justru lebih banyak bercerita tentang kondisi Makam Mbah Sidayu setelah pandemi Covid 19.
Katanya, sebelum ada wabah Covid 19, Makam Mbah Sidayu selalu ramai dikunjungi peziarah. Peziarah datang dari Pemalang, Pekalongan, Tegal, Jakarta, bahkan luar Jawa seperti Lampung.
Peziarah dari luar Pemalang biasa menginap dua-tiga malam di kompleks Makam Mbah Sidayu. Sedangkan peziarah lokal hanya menginap semalam. Kebanyakan peziarah datang ke Makam Mbah Sidayu pada malam Jumat Kliwon.
Meski sepi peziarah, Drajat tetap rajin menjaga Makam Mbah Sidayu. Tiap hari dia bersih-bersih makam sambil berjaga-jaga bila sewaktu-sewaktu ada peziarah dating ke tempat ini.
Di siang hari ada beberapa petani atau pekebun mangga mampir ke kompleks Makam Mbah Sidayu. Mereka duduk-duduk, merokok, tiduran, ada juga sekadar mengambil air pelepas dahaga setelah seharian kepanasan di sawah dan kebun mangga.
Dari orang-orang ini saya dapat cerita sekilas tentang Mbah Sidayu. Konon Sidayu merupakan anak perempuan (putri) cantik dari seorang raja tempo dulu di Pemalang.
Tapi Sang Putri ini memiliki gigi taring (suing) panjang. Siung tersebut membuat Sang Putri tidak jadi terlihat cantik bahkan sebaliknya menjadikan banyak orang takut.
Singkat cerita orangtua Sang Putri kemudian menggelar ritual untuk menghilangkan siung anaknya. Ritual berlangsung di Desa Kabunan dan akhirnya berhasil: Siung panjang Sang Putri hilang.
Setelah siung Sang Putri hilang, orang-orang dalam bahasa Jawa berkata, Sang Putri Sida Ayu. Dalam bahasa Indonesia artinya Sang Putri jadi ayu/cantik. Akhirnya Sang Putri tersebut terkenal dengan nama Sidayu yang diambil dari kata Sida Ayu.
Suasana sekitar Makam Mbah Sidayu sangat bersih serta asri. Kanan-kiri makam terlihat kebun mangga. Meski banyak pohon besar tua menjulang tapi tidak ada nuansa angker di tempat ini.
Kicau burung selalu terdengar dari pohon-pohon besar sekitar Makam Mbah Sidayu. Sesekali suara diesel kapal nelayan Asemdoyong juga bisa didengar dari tempat ini.
Makam Mbah Sidayu sendiri cukup unik. Di kanan kiri makam dipasang semacam umbul-umbul kebesaran berwarna emas. Pemandangan Itu membuat saya ingat film-film bertema kerajaan tempo dulu di TVRI.
Penulis: Dahlan Lafran