Paloran Pecinan Mini di Pemalang Tempo Dulu

0
Jalan Paloran atau hari ini dikenal sebagai Jalan RE Martadinata Pelutan Pemalang. Dulu Paloran adalah Pecinan mini di Pemalang.

Paloran adalah sebuah nama jalan di Pemalang. Dinamai Paloran karena jalan tersebut berada persis di utara (lor) Alun-alun Pemalang. Masyarakat Pemalang tempo dulu mengenal Paloran sebagai Pecinan.

Jumlah keluarga Tionghoa di Paloran tidaklah banyak. Jumlahnya tidak sampai 10 keluarga. Karena itu bisa dikatakan Paloran ini seperti Pecinan mini.

Baru-baru ini ada orang Pemalang generasi 1970-1980 mengatakan Paloran sebagai kawasan yang didiami keluarga Tionghoa kelas dua. Ini bukan ejekan tapi benar-benar penilaian yang mengemuka pada zaman itu. Keluarga-keluarga Tionghoa kelas satu (elit) kebanyakan tinggal di Jalan Jenderal Soedirman.

Menurut beberapa orang, di malam hari Paloran merupakan jalanan sepi sekaligus menyeramkan. Tiap malam banyak anjing peliharaan warga Tionghoa menggonggong seolah meneror pejalan kaki.

Trotoar dan deretan rumah burung walet di Paloran.

Dulu Paloran juga tidak punya trotoar. Trotoar yang hari ini Anda lihat dulunya hanyalah got yang ditutup menggunakan papan kayu. Gegara tak sengaja menginjak papan kayu penutup got yang sudah lapuk seseorang mengaku pernah terperosok ke dalam got tersebut.

Paloran pernah dilebarkan 1-3 meter. Pelebaran jalan terjadi pada zaman Orde Baru. Bupati Pemalang waktu itu berhasil membujuk warga Tionghoa memundurkan halaman rumah masing-masing agar Paloran bisa seperti sekarang.

Paloran di Zaman Hindia Belanda

Pernah berdiri beberapa bangunan khas Tionghoa di Paloran. Antara lain sebuah sekolah dasar berbahasa Mandarin bernama Tiong Hoa Hwee Koan (THHK). Sekolah Cina ini di zaman Indonesia merdeka berganti nama menjadi SD Nasional.

Bangunan bersejarah berikutnya di Paloran ialah penggilingan padi sekaligus pabrik beras. Orang-orang Pemalang tempo dulu menyebut bangunan ini sebagai Gudang Pari. Konon, Gudang Pari merupakan penggilingan padi paling besar di Pemalang.

Sebuah gang di Paloran. Konon di dekat gang ini berdiri sebuah rumah kuno milik keluarga Tionghoa.

Di sebuah gang seberang SD Nasional dan Gudang Pari berdiri rumah kayu kuno bergaya Tionghoa. Rumah kuno ini punya halaman sangat luas.

Anggota keluarga pemilik rumah kuno ini semuanya lulusan THHK/SD Nasional. Bahkan kabarnya si anak bungsu keluarga ini melanjutkan SMP berbahasa Mandarin di Tegal. Sebagai informasi zaman dulu tidak ada SMP berbahasa Mandarin di Pemalang.

Sekarang bagian belakang sekolah berbahasa Mandarin sudah tidak berbekas. Gudang Pari juga sudah disulap menjadi rumah sakit.

Rumah kuno bergaya khas Tionghoa pun sudah tidak ada lagi. Bangunan ini dijual, dibongkar, dan akhirnya  berubah menjadi rumah burung walet. Kabarnya keluarga Tionghoa pemilik rumah ini pindah ke Pekunden Pelutan.

Wajah Paloran Hari Ini

Hari ini wajah Pecinan yang masih tersisa di Paloran hanyalah beberapa deret rumah toko milik keluarga Tionghoa. Kalau tidak keliru rumah toko tersebut menjual es batu, HP, aneka botol plastik, dan peralatan sepeda.

Derean toko milik keluarga Tionghoa di Paloran.

Bangunan lainnya berupa rumah burung walet. Rumah burung walet milik orang Tionghoa ini masih terlihat kokoh di kanan kiri Paloran. Zaman dulu, ketika belum banyak kendaraan, jelang maghrib ribuan burung walet biasa berterbangan memenuhi Paloran.

Sebenarnya masih ada beberapa rumah besar milik orang Tionghoa di utara Alun-alun Pemalang. Tapi sebagian dibiarkan kosong. Sebagian lain dihuni oleh lansia pensiunan Tionghoa. Ada juga yang sudah disulap menjadi mini market.

Penulis: Dahlan Lafran

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here