Assalamu’alaikum Wr Wb
Selamat pagi anak anak..…
Sudah mandi belum….?
Kali ini bu Mega akan bercerita tentang salah satu kesenian di Kabupaten Pemalang, yakni kuda kepang. Masyarakat desa biasa menyebut kesenian ini sebagai jaran ebeg. Kesenian ini biasanya ditampilkan pada acara HUT RI.
Pada suatu hari ada dua anak sedang duduk di lapangan untuk menyaksikan pertunjukan kuda kepang. Anak yang pertama bernama Warmad. Anak ini selalu mengeluarkan ingus dari hidung (umbelen). Meski umbelen anak gunung ini tidak pernah membawa tisu. Akibatnya Warmad harus selalu menggerakkan mulut untuk menghindari ingus agar tidak mengalir turun ke bawah hidung.
Satu anak lagi bernama Waslud. Dia anak gunung bergaya modern yang selalu memasukkan baju ke dalam celana agar terlihat rapi namun sayang celananya kedodoran. Rupanya celana yang dia pakai bukan miliknya sendiri melainkan milik sang kakak. Agar tidak turun kedodoran Waslud selalu mengangkat celana.
Pada hari itu ada mbah Darko selaku pawang kuda kepang.
Mbah Darko: Eeeh…ada Warmad dan Waslud di sini.
Warmad: Iya mbah saya nunggu teman-teman.
Mbah Darko: Terus kamu Waslud nunggu siapa?
Waslud: Saya mau nonton saja mbah.
Mbah Darko: Ada satu anak pemain kuda kepang nggak datang, katanya sakit, simbah harus cari pengganti. Waslud apa kamu mau menggantikan pemain kuda kepang yang tidak datang?
Waslud: Waah… mbah saya ngga suka kuda kepang saya mending main game di hape keren mbah.
Warmad: Waslud, nari kuda kepang itu asik musiknya juga enak didengarkan ini budaya Indonesia asli, budaya Pemalang.
Waslud: Ngga ah…saya lebih suka main game, makan roti, pokonya makanan serba modern.
Mbah Darko: Ya sudah kalau tidak mau, padahal ini mbah bawa nanas madu, nanas asli Pemalang yang rasanya manis. Nanti bisa dimakan untuk peserta tari kuda kepang.
Mbah Darko: Ayo Warmad kamu saja siap-siap.
Musik kuda kepang mengalun indah. Para penari mulai siap melakukan atraksi.
Mbah Darko terlihat bersiap-siap untuk membaca doa memohon kepada Allah. Mbah Darko kemudian mengajak seluruh pemain kuda kepang ikut berdoa agar pertunjukan berjalan lancer.
Mbah Darko: sugeng rawuh para simbah kaki nini mbah sesepuh, niate nyong manjingaken sijabang bayine Warmad, sing moyo kakang kawah adi ari-ari papat jejer lima pancer. Enyonge ngundang kaki nini teka ning kene (meniup) Bismillah…..
Sambil menyaksikan kuda kepang si Waslud tergiur melihat buah nanas yang tergeletak di depan mata. Aroma buah tersebut sangat menggoda. Akhirnya si Waslud diam-diam mengambil buah nanas itu dan memakannya sembunyi-sembunyi dengan rakus sampai habis. Saking enaknya melahap buah nanas dia tidak membaca doa dan akhirnya…..
Waslud merasakan sakit perut dan rasa gatal pada sekitar mulut. Ternyata buah nanas yang dia makan sudah tertumpah pestisida. Buah tersebut sengaja dipisahkan oleh mbah Darko agar tidak dimakan oleh pemain kuda kepang. Namun sayang Waslud tidak bertanya terlebih dahulu dan langsung makan dengan sangat rakus. Akibatnya Waslud mabok nanas.
(dangkling..dangkling..lu..lu..lu..blaem…dangkling..dangkling lu..lu..lu..blaem).
Mbah Darko: he..he.. si Waslud akhirnya kesurupan.
Penonton pun semakin riuh bersorak melihat Waslud kesurupan. Sampai permainan selesai musik berhenti Waslud masih kesurupan.
Sementara itu mbah Darko baru sadar telah kehilangan buah nanas yang tadi sudah dipisahkan.
Mbah darko: Di mana nanas yang tadi di sini? Kenapa tidak ada? Jangan ada yang makan, karena tadi tertumpah pestisida.
Waslud: Saya yang makan mbah, ini gatel dan perut saya sakit mules kebelet, saya tidak kesurupan mbah, tolong mbah gatel, perutku sakit dan pusing.
Warmad: Aduuuh….Waslud Waslud katanya ngga suka buah dalam negeri, lihat nanas belik manis kamu makan sampai habis tidak bertanya dulu dan tidak minta izin, pasti kamu juga tidak berdoa.
Waslud: huu..huu…iya tadi saya mencuri nanas itu dan makan semua nanas juga tidak membaca doa sebelum makan.
Mbah darko: Dasar bocah sok modern tapi ternyata doyan juga.
Akhirnya Waslud dibawa ke rumah sakit dan diobati.
Nah anak anak dari cerita di atas kita bisa simpulkan:
- Kita harus membaca doa sebelum melakukan kegiatan;
- Tidak boleh rakus dan berlebihan;
- Meminta izin jika ingin menggunakan barang atau ingin makan makanan milik orang lain;
- Lebih mencintai budaya sendiri dan menyukai produk sediri daripada produk luar.
Baiklah sekian cerita dari bu Mega semoga kalian menyukainya.
Billahitaufik walhidyah wassalamualaikum wr.wb
Megayanti SPd
Pendidik tinggal di Desa Walangsanga, Moga, Pemalang
Cerita Kuda Kepang Mabuk Nanas merupakan karya penulis dalam ajang Apresiasi Guru Raudlatul Athfal Indonesia (Apguraindo) Tingkat Provinsi Jawa tengah.