Dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni, forum kajian Politics and Historical Discourse (PHD) menggelar diskusi sejarah dengan tema Jejak Bung Karno di Pemalang. Acara digelar di Kantor Sekretariat PHD, Jl. Baja Perumahan Graha Samira Moga, Sabtu (1/6). Kegiatan ini dihadiri oleh pegiat sejarah Agus Setiyanto, alumni GMNI Eka Nugroho, serta para aktivis di Pemalang.
Di awal pemaparan diskusi, Eka Nugroho yang mendaku sebagai pecinta Bung Karno mengapresiasi forum PHD yang rutin menggelar diskusi sejarah di Pemalang.
“Forum diskusi seperti ini sangat jarang atau bahkan tidak ada sama sekali di Pemalang, kayaknya cuma PHD, semoga istiqomah ya,” ujarnya.
Eka yang juga Advokat ini mengungkapkan bahwa diskusi sejarah tentang Bung Karno masih sangat relevan sampai kapanpun. Selain untuk mengenang jasa-jasa perjuangan Bung Karno, diskusi ini tentunya bertujuan untuk memahami lebih dalam tentang pemikiran dan gagasan Bung Karno dalam konteks kekinian.
“Selama masih ada kapitalisme, liberalisme, dan teman-temannya, ajaran Marhaenisme bung karno akan tetap relevan,” jelasnya.
Terkait jejak Bung Karno di Pemalang, Eka menyangsikan kebenaran informasi tersebut. Menurutnya, belum ada sumber-sumber sejarah yang bisa divalidasi terkait informasi bahwa Bung Karno pernah berkunjung atau singgah di Pemalang.
“Seperti Rumah Juang di desa Gunungsari itu lebih sebagai cerita rakyat ya, folklore, tidak ada dokumen atau saksi sejarahnya.” Jelasnya.
Sementara, menurut Agus Setiyanto, pegiat sejarah lokal Pemalang, kebenaran terkait Sukarno pernah datang ke Pemalang memang masih menjadi misteri. Dari hasil pengamatannya, malah cerita-cerita sejarah tentang Sukarno di Pemalang lebih kental aroma mistiknya.
“Misalnya, Bung Karno katanya pernah ke Desa Rowosari di Ulujami, saya pernah dengar juga dari seseorang bahwa Bung Karno pernah ke Cempaka Wulung Moga, pernah juga katanya ke Gunung Jimat Mendelem,” jelasnya.
Ditambahkan Agus, kebenaran tentang informasi Sukarno pernah datang ke Pemalang perlu ada kajian dan penelitian lebih lanjut. Namun, terlepas dari benar tidaknya informasi itu, membincang tentang sejarah tokoh-tokoh besar seperti Sukarno merupakan sebuah tanggung jawab atau panggilan moral seluruh anak bangsa khususnya generasi muda.
“Apapun itu, kita sebagai anak bangsa yang sadar akan sejarah perjuangan para pendahulu kita, secara moral bertanggung jawab untuk setidaknya paham akan warisan sejarah perjuangan mereka, syukur-syukur bisa meneladaninya.” ujarnya.
Catatan: tulisan ini sudah pernah terbit di Radar Tegal, Suara Merdeka, dan Puskapik.